Selasa, 08 Januari 2013

Dede Yasa Varmadewa

Apakah faktor penyebab yang terkadang menimbulkan disharmoni dalam Hindu? Yang membuat sulit untuk disamakan bentuk2 luar seperti ritual yang dilakukan antara India dan Nusantara adalah perbedaan2 lokal genius pada jaman2 tertentu di suatu masa yang lalu. Di India, hingga saat ini masih di dominasi dengan cara2 perkelompok atau masing2 sekte/aliran.

Khusus untuk di Bali, sudah pernah ada sinkretisme yaitu merger/penggabungan banyak ajaran/sekte/aliran yang ada di Bali, baik itu dari yang murni berasal dari penduduk asli Bali sendiri (Bali Purba), Bali Mula (Pendatang pada awal masehi), Bali Aga (Pendatang pengikut Rsi Markandeya), dan Bali Kuno (Pendatang pengikut dinasti raja2 Warmadewa). Semua ajaran/sekte/aliran tersebut dikonsepkan dalam sebuah tatanan yang begitu lengkap dan merangkul/mengadopsi semuanya dalam sebuah konsep yang dicetuskan di Samuan Tiga dengan sebutan Ciwa Buda. Pemilihan nama Ciwa Buda ini adalah karena pada zaman itu (998-1011 Masehi) kata Hindu belum dikenal, dan memang belum pernah ada sebelumnya.

Jadi yang membuat berbeda antara apa yang ada di Bali dan di India adalah telah terjadinya sinkretisme oleh leluhur kita terdahulu. Maka janganlah mudah terpengaruh oleh propaganda dari luar yang mengajak kita, orang Bali untuk kembali memecah belah apa yang telah dikonsepkan dengan sangat apik oleh leluhur kita. Kecuali ada yang mampu menawarkan konsep yang lebih besar dan lebih mumpuni daripada apa yang telah dicapai leluhur di Bali.
Pak Wayan Seni Arsana menjelaskan, bahwa ada baiknya kita memahami dengan tepat, sejarah penyebaran Hindu di Nusantara khususnya Bali kemudian sejarah Hindu di India. Dimana Hindu yang berkembang ke Nusantara abad ke 4 adalah saat jayanya jaman puranic di india,,aktivitas keagamaan ditunjukkan melalui ritual persembahan,,itu yg kita warisi hingga kini,,sementara itu di india setelah jaman itu terjadi penjajahan oleh kesultanan muslim kemudian dilanjutkan oleh inggris yg membawa misi penyebaran agama kristen,, dimana periode tsb hindu mengalami kemunduran yg luarbiasa sehingga untuk mengembalikan penganut Hindu diperlukan perombakan sistem yg lebih sederhana.
Guru Rakanadi juga menambahkan, bahwa pemisahan siwa-budha menjadi agama siwa dan agama budha merupakan titik awal pengingkaran Binneka tunggal ika-tan hana dharma mangarwa yang digadang leluhur nusantara. Ditambah lagi menjadikan agama siwa sidantha menjadi agama hindu merupakan titik kedua pengingkaran sinkretisme sekte2 di bali, sehingga hindu yg tampil sekarang kurang jelas mau dibawa kemana hindu nusantara kita oleh punggawa-punggawa indonesia.
Pak Dede menjelaskan bahwa ritual banten yang saat ini kita lakukan di Bali adalah bentuk/perwujudan dari mantra2. Banten, seperti halnya mantra yang jika dilantunkan/diucapkan/dilakukan dengan tepat akan memancarkan vibrasi energi yang dibutuhkan manusia dan semesta. Sedangkan saat ini kebanyakan kita melakukan ritual dengan sekenanya saja, minim keterlibatan rasa dan ketulusan. Belum lagi yg masih ngotot dengan masing2 cara setempat tanpa dasar tatwa yang dipahami yg sebenarnya diejawantahkan ke dalam banten.

Pak Dede Yasa menguraikan lebih lanjut bahwa, untuk menyederhanakan konsep yang pak Wayan Seni Arsana dan yang dimaksud oleh Pak Dede disini, salah satu caranya bisa dicapai kalau kita mau belajar dan mampu memahami vibrasi energi seperti apakah yang dihasilkan oleh banten2 tertentu, bahkan masing2/seriap set banten. Setelah kita bisa memahaminya dan mampu menemukan cara lain untuk membangkitkan vibrasi energi itu maka langkah selanjutnya adalah bisa mengkonsepkan agar bisa diajarkan kepada setiap orang. Jika ini mampu kita capai, menurut saya inilah konsep yg cukup mumpuni.
Pak Wayan Seni Arsana menguraikan juga, hendaknya kita sadari bahwa kita menganut filsafat karmakandi,, apa yang di perintahkan oleh kitab suci termasuk lontar,,itulah yang kita laksanakan,,apakah nantinya persembahan kita diterima atau tidak itu masalah lain,, kita sembahkan se,ua melalui leluhur, dan dewa dewa.. mengenai bagaimana yadnya tsb dilangsungkan serta aspek lainnya spt mantra dan lain-lain, dimana Upasaksi dlm pemahaman beliau adalah kita minta perkenan Dewa Surya sebagai saksi kita melakukan yadnya bukan perjanjian,,sebab dlm perjanjian msti ada dua pihak , .. barangkali hal yang lebih simple bila kita yakin dan percaya maka lakukanlah..
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar